Satu Menit
Rabu, 19 Agustus 2009
Sepertinya tak bermakna, mungkin karena tak terasa. Lewat begitu saja ...
Hanya enam puluh ketukan …, jika satu ketukan itu bernilai satu detik. Benar-banar tak terasa, hingga akhirnya tak dimaknai.
Seringkali kumpulan menit itu kita perlakukan seperti air, mengalir begitu saja.
Tanpa kita berikan arah, tanpa kita tetapkan tempat berakhir ... Mengalir, mengalir dan mengalir …
Seringkali himpunan menit itu kita perlakukan seperti gelas, kita isi dan nikmati tanpa kita sadari khasiat dari isi gelas itu sendiri. Yang penting lezat, segar dan mengusir rasa haus kita.
Padahal satu menit enam puluh ketukan itu bisa membawa kita kepada dua pilihan tempat berakhir, keindahan atau kepedihan ...
Karena enam puluh kutukan itu ternyata bernilai, sangat bernilai di mata Sang Pemilik waktu, Sang Maha Penghenti waktu.
Karena satu menit itu tak pernah luput dari penglihatan dan pengawasan Sang Maha Bijak, Sang Maha Pemberi Ganjaran
Karena satu menit itu memiliki arti bagi-Nya, atas keputusan yang ditetapkan untuk kita.
Dia akan menghargai satu menit yang dimiliki dalam hidup ini dengan berlipat penghargaan yang tak terbayangkan oleh kita. Karena Dia-lah sebaik-baiknya pemberi penghargaan bagi manusia yang tak pernah lelah mencari perhatianNya.
Satu menit saja, tak lebih, dapat bermakna, jika kita mau. Satu menit saja, hanya satu menit, dapat bernilai, jika kita tahu. Karenanya satu menit itu tak layak kita buang.
Dalam satu menit, kita bisa melakukan banyak kebaikan dan kebahagiaan.
Dalam satu menit kita bisa mendendangkan Al-Faatihah dengan penuh cinta sebanyak satu kali yang dengan membaca Al-Faatihah sekali saja, Allah memberikan 600 kebaikan.
Dalam satu menit, kita dapat membisikkan surat Al-Ikhlas satu kali. Allah menilai bisikan penuh makna itu sama seperti kita membaca sepertiga kitab-Nya.
Dalam enam puluh ketukan itu, kita bisa membaca sedikit saja ayat-ayat dari kalimatNya yang dirangkai dalam Al-Qur’an untuk senantiasa mengingatnya dan mengiringi langkah kita.
Dalam satu menit, kita bisa mengaturkan dzikir, mengirimkan puji sebanyak seratus kali. Yang dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosa kita meski dosa itu sebanyak buih di lautan.
Kita dapat memohon ampunanNya dengan mebaca istighfar seratus kali. Dengan kesadaran sepenuhnya atas berjuta dosa yang kita lakukan.
Kita dapat mengirim do’a untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, dengan mengucap Sallallaahu ‘alaihi wasalla (Semoga ﷲ memberkati dan memberinya kedamaian). Dengan do’a itu ﷲ akan memberikan lima ratus kebaikan.
Dalam satu menit, kita bisa memotivasi hati kita dengan menghaturkan terima kasih kepada-Nya, mencintai-Nya, hanya berharap pada-Nya, takut atas-Nya, dan tetap melanjutkan hidup hanya karena-Nya.
Ini bisa kita lakukan saat kita merebahkan tubuh kita untuk beristirahat atau mungkin saat kita berjalan menuju suatu tempat.
Dalam satu menit, kita bisa membaca lebih dari dua halaman dari buku yang bermanfaat bagi kita dan mambuat kita lebih memaknai hidup.
Dalam satu menit, kita bisa mencurahkan kerinduan, berbincang dengan teman lama yang terikat cinta karena ﷲ.
Dalam satu menit kita bisa menengadahkan tangan dan memanjatkan do’a atas apa yang kita harapkan bagi diri ini.
Dalam satu menit kita bisa mengucapkan salam, medo’akan orang lain atas keselamatan.
Dalam satu menit kita bisa sedikit merenung, mengusir bisikan setan yang senantiasa tak pernah bosan menggangu kita untuk berpaling dari-Nya.
Dalam satu menit kita bisa menikmati sesuatu dengan penuh rasa syukur, bahwa kita masih punya waktu menikmatinya.
Dalam satu menit kita bisa memberikan kata-kata berharga bagi saudara kita, sekedar saling mengingatkan ke-alfaannya, menuaikan haknya untuk selalu diingatkan.
Dalam satu menit kita bisa membuang sesuatu yang berbahaya di tengah jalan.
Hanya satu menit … dan semoga berarti di sisi-Nya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar